Rabu, 22 Mei 2013

Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


meri legio avila
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)



Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter yang merekomendasikan agar para wanita menjalani ‘sadari’ (periksa payudara sendiri – saat menstruasi – pada hari ke 7 sampai dengan hari ke 10 setelah hari pertama haid) di rumah secara rutin dan menyarankan dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan untuk mendeteksi benjolan pada payudara. Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan pada usia 20 tahun atau lebih. Bagi wanita usia lebih dari 30 tahun dapat melakukan pemeriksaan payudara sendiri maupun ke bidan atau dokter untuk setiap tahunnya.
Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring. Pemeriksaan payudara dapat dilakukan dengan melihat perubahan di hadapan cermin dan melihat perubahan bentuk payudara dengan cara berbaring.
  1. Melihat Perubahan Di Hadapan Cermin.
    Lihat pada cermin , bentuk dan keseimbangan bentuk payudara (simetris atau tidak). Cara melakukan :

  2. Melihat Perubahan Bentuk Payudara Dengan Berbaring.
    • Tahap 1. Persiapan
    • Gambar SADARI berbaring 1
      Dimulai dari payudara kanan. Baring menghadap ke kiri dengan membengkokkan kedua lutut Anda. Letakkan bantal atau handuk mandi yang telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikan bagian yang akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan Anda di bawah kepala. Gunakan tangan kiri Anda untuk memeriksa payudara kanan .Gunakan telapak jari-jari Anda untuk memeriksa sembarang benjolan atau penebalan. Periksa payudara Anda dengan menggunakan Vertical Strip dan Circular.

    • Tahap 2. Pemeriksaan Payudara dengan Vertical Strip Gambar SADARI berbaring 2
      Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang selangka di bagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak Anda. Gunakan tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan tekan kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan Anda perlahan-lahan ke bawah bra line dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap tempat. Di bagian bawah bra line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan memutar dan menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.
    • Tahap 3. Pemeriksaan Payudara dengan Cara Memutar.
    • Gambar SADARI berbaring 3
      Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang besar. Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke puting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan ringan dan sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian bawah areola mammae.

    • Tahap 4. Pemeriksaan Cairan Di Puting Payudara.
    • Gambar SADARI berbaring 4
      Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda untuk melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.

    • Tahap 5. Memeriksa Ketiak
    • Gambar SADARI berbaring 5
      Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah teraba benjolan abnormal atau tidak.

IMUNISASI

meri legio avila

IMUNISASI

Pengertian
  • Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit
  • Suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu
Tujuan
  • Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan mneghilangkan penyakit tertentu dari dunia
  • Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian
  • Melindungi seseorang terhadap penyakit tertentu (intermediate goal)
Respon imun
  • Respon imun primer ialah respon imun yang terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan antigen
  • Respon imun sekunder ialah respon imun yang diharapkan akan memberi respon adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa. Diberikannya vaksinasi berulang beberapa kali adalah agar mendapat titer antibodi yang cukup tinggi dan mencapai nilai protektif.
Jenis kekebalan
Dilihat dari cara timbulnya
  • Kekebalan pasif
Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh , bukan dibuat dari individu itu sendiri.
Kekebalan pasif alamiah, kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu dan tidak berlangsung lama(difteri,morbili, tetanus)
Kekebalan pasif buatan, kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan zat penolak (imunoglobulin).
  • Kekebalan aktif
Kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan secara alamiah.
Kekebalan aktif biasanya prosesnya lambat tapi dapat berlangsung lama, akibat adanya memori imunologik.
Kekebalan aktif terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
Kekebalan aktif alamiah, kekebalan yang diperoleh setelah mengalami atau sembuh dari suatu penyakit. Contoh : anak yang pernah menderita campak maka tidak akan terserang campak lagi
Kekebalan aktif buatan, kekebalan yang dibuat oleh tubuh setelah mendapat vaksin atau imunisasi. Contoh : BCG, DPT, polio dll.
Status imun penjamu
  • Antibodi maternal spesifik terhadap virus campak pada fetus
  • ASI (IgA sekretori) terhadap virus polio
  • Maturitas imunologik, pada neonatus fungsi makrofag dan pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang
  • Yang sedang mendapat imunosupresan
  • Gizi buruk, dapat menurunkan fungsi sel sistem imun sehingga imunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik dan respon terhadap vaksin berkurang
Faktor genetik penjamu
Interaksi antara sel-sel sistem imun, secara genetik respon imun manusia dibagi atas responden baik, cukup dan rendah terhadap antigen tertentu, sehingga  ditemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak 100%.
Kualitas dan kuantitas vaksin
Vaksin adalah mikroorganisme yang diubah sedemikian rupa sehingga patogenisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung sifat antigenesitas
Faktor kualitas dan kuantitas yang dapat menentukan kkeberhasilan vaksinasi
  • Cara pemberian
  • Dosis
  • Frekuensi dan jarak pemberian
  • Jenis vaksin
Jenis vaksin
Live Attenuated yaitu bakteri atau virus hidup yang dilemahkan
Virus : campak, gondongan, rubella, Polio sabin, demam kuning
Bakteri : kuman TBC (BCG) dan demam tifoid oral
Inactivated yaitu bakteri atau virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif atau dimatikan
Virus : influenza, Polio salk, rabies, hepatitis A
Bakteri : pertusis (DPT), typoid, kolera
Racun kuman seperti toksoid : dipteri toksoid (DPT), tetanus (TT)
Polisakarida murni : pneumokokkus, meningokokus dan haemophylus influenza
Vaksin yang dibuat dari protein : hepatitis B
Rantai vaksin
Adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang telah ditetapkan agar memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan vaksin sampai pada saat pemberinanya pada sasaran
Sifat vaksin
Vaksin yang sensitif terhadap beku
Yaitu golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar dengan suhu dingin atau suhu pembekuan. Contoh : hepatitis B, DPT-HB, DPT, DT, dan TT
Vaksin Pada suhu Dapat bertahan selama
Hep B, DPT-HB -0,5 ᴼC Max ½ jam
DPT, DT, TT -0,5ᴼC sd -10ᴼC Mak 1,5-2 jam
DPT, DPT-HB, DT Beberapa ᴼC diatas suhu udara luar (ambient temperatur <34ᴼC) 14  hari
Hep B dan TT Beberapa C diatas suhu udara luar (ambient temperatur <34ᴼC) 30 hari
Vaksin yang sensitif terhadap panas
Yaitu golongan yang akan rusak bila terpapar dengan suhu panas yang berlebihan. Contoh : polio, BCG dan campak
Vaksin Pada suhu Dapat bertahan selama
Polio Beberapa C diatas suhu udara luar (ambient temperatur <34ᴼC) 14 hari
Campak dan BCG Beberapa C diatas suhu udara luar (ambient temperatur <34ᴼC) 30 hari
Penanganan vaksin sisa
  • Sisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan di posyandu tidak boleh dipergunakan lagi
  • Sedang pelayanan imunisasi statis (di puskesmas, poliklinik), sisa vaksin dapat dipergunakan lagi dengan ketentuan sebagai berikut :
    • Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa
    • Tetap disimpan dalam suhu +2ᴼC sd 8ᴼC
    • Kemasan vaksin tidak pernah tercampur/terendam dengan air
    • VVM tidak menunjukan indikasi paparan panas yang merusak
    • Pada label agar ditulis tanggal pada saat vial pertama kali dipakai/dibuka
    • Vaksin DPT, DT, TT, hepatitis B dan DPT-HB dapat digunakan kembali hingga 4 minggu sejak vial vaksin dibuka
    • Vaksin polio dapat digunakan kembali hingga 3 minggu sejak vial dibuka
    • Vaksin campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak dilarutkan. Sedangkan vaksin BCG hanya boleh digunakan 3 jam setelah dilarutkan
Tata cara pemberian imunisasi
  • Memberitahukan secara rinci tentang resiko vaksinasi dan resiko apabila tidak divaksinasi
  • Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan
  • Baca tentang teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan diberikan, jangan lupa mengenai persetujuan yang telah diberikan
  • Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi
  • Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan diberikan
  • Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan
  • Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik
  • Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan, periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya perubahan warna menunjukan adanya kerusakan
  • Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain untuk imunisasi tertinggal bila diperlukan
  • Berikan vaksin dengan teknik yang benar yaitu mengenai pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan dan posisi penerima vaksin
Setelah pemberian vaksin
  • Berilah petunjuk kepada orang tua atau pengasuh apa yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat
  • Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis
  • Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan bila diperlukan
  • Dalam situasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pengaturan secara rinci bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti diatas dan berpegang pada prinsip-prinsip higienis, surat persetujuan yang valid dan pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi harus dikerjakan
Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan digunakan dalam periode tertentu
Pemberian vaksin pada bayi
Vaksin BCG BCG, DPT-Hep B, Hep B
Tempat suntikan Lengan kanan atas luar Paha tengah luar
Cara penyuntikan Intracutan Intramuscular/subcutan dalam
Dosis 0,05 cc 0,5 ml
Ukuran jarum 10 mm, ukuran 26 25 mm, ukuran 23
jenis Bubuk+pelarut Siap pakai
Vaksin Campak Polio
Tempat suntikan Lengan kiri atas Mulut
Cara penyuntikan Subcutan Diteteskan di mulut
Dosis 0,5 ml 2 tetes
Ukuran jarum 25 mm, ukuran 23
Jenis Siap pakai Botol dengan alat tetes mulut
Teknik dasar dan petunjuk keamanan pemberian vaksin
  • Bagian tengah tutup botol metal dibuka sehingga kelihatan karet (tutup karet di desinfeksi)
  • Tiap suntikan harus digunakan semprit dan jarum baru sekali pakai dan steril
  • Sebaiknya tidak digunakan botol vaksin yang multidosis
  • Kulit yang akan disuntik dibersihkan
  • Semprit dan jarum harus dibuang dalam tempat tertutup dan diberi label tidak mudah robek dan bocor
  • Tempat pembuangan jarum suntik bekas harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak
JADWAL IMUNISASI WAJIB (PPI)
VAKSIN PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI (PPI)
  • Vaksin BCG
  • Vaksin Hepatitis B
  • Vaksin Difteria, Pertusis, Tetanus (DPT)
  • Vaksin Polio
  • Vaksin Campak
VAKSIN BCG (Bacille Calmette Guerin)
  • BCG adalah vaksin hidup yang dibuat dari mycobacterium bovis yang dibiakkan secara berulang selama 13 tahun (basil tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas)
  • Indikasi yaitu untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC) dimana vaksin BCG tidak mencegah infeksi TBC tetapi mengurangi resiko TBC berat seperti meningitis, TBC tulang
  • Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan
  • Cara pemberian dan dosis vaksin
Yaitu vaksin dilarutkan dulu dengan 4 cc pelarut, vaksin yang dilarutkan harus dibuang dalam 3 jam, dosis pada bayi < 1 tahun 0,05 ml sedangkan pada anak > 1 tahun 0,10 ml. Vaksin ini disuntikan secara intracutan pada daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus)
  • Penyimpanan vaksin
Vaksin disimpan pada suhu 2-8ᴼC, tidak boleh beku dan tidak boleh terkena sinar matahari
  • Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat dari 3 jam
Jadwal pemberian
  • Diberikan pada bayi 0-12 bulan tapi sebaiknya diberikan pada umur ≤2 bulan
  • Apabila diberikan >3 bulan harus terlebih dahulu dilakukan uji tuberkulin (mantoux)
  • Vaksinasi ulang, yaitu 5-7 tahun dan 12-15 tahun (jika uji tuberkulin negatif)
  • Khasiat BCG selama 3 tahun dan lama kekebalan selama 9 tahun
Efek samping
  • Tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum
  • Pada tempat penyuntikan terjadi ulkus lokal yang timbul 2-3 minggu setelah penyuntikan dan meninggalkan luka parut dengan diameter 4-8 mm
  • Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di axila (ketiak) atau leher. Tergantung pada umur dan dosis yang dipakai, biasanya akan sembuh sendiri
Indikasi kontra
  • Reaksi uji tuberkulin > 5 mm
  • Sedang menderita HIV atau resiko tinggi infeksi HIV, imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid (leukimia), mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe
  • Anak menderita gizi buruk
  • Menderita demam tinggi
  • Menderita infeksi kulit yang luas
  • Pernah/masih menderita TBC
  • Kehamilan
Proteksi
  • Mulai 8-12 minggu pasca vaksinasi
  • Daya lindung hanya 42% (WHO 50-78%)
  • Mencegah TB berat 60-80%
VAKSIN HEPATITIS B
  • Untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis B
  • Rekombinan DNA sel ragi tidak infeksius
  • Pencegahan dapat diberikan dengan imunisasi pasif ataupun imunisasi aktif
Imunisasi pasif
  • Dilakukan dengan pemberian imunoglobulin
IG/ISG (Immune Serum Globulin)
HBIG (Hepatitis B Immune Globulin)
  • Diberikan baik sebelum terjadinya paparan (preexposure) maupun setelah terjadinya paparan (postexposure)
  • Indikasi utama pemberian imunisasi pasif
    • Paparan dengan darah yang mengandung HbsAg, baik melalui kulit maupun mukosa
    • Paparan seksual dengan pengidap HbsAg (+)
    • Paparan perinatal ibu dengan HbsAg (+)
Pemberian vaksin
  • Pada kecelakaan jarum suntik
Dosis : 0,06 ml/kg maks 5 ml harus diberikan dalam waktu 24 jam, diulangi 1 bulan kemudian
  • Paparan seksual
Dosis tunggal 0,06 ml/kg, dosis maks 5 ml harus diberikan dalam jangka waktu 2 minggu
  • Paparan perinatal
Dosis : 0,5 ml harus diberikan sebelum 48 jam
Imunisasi aktif
Dilakukan dengan pemberian partikel HbsAg yang tidak infeksius
Ada 3 jenis vaksin hepatitis B
  • Vaksin yang berasal dari plasma
  • Vaksin yang dibuat dengan teknik rekayasa genetika
  • Vaksin polipeptida
Vaksin yang beredar di Indonesia
  • Hevac-B (dosis ; dewasa 5 ug, anak 2,5 ug, pada ibu HbsAg (+) dosis 2x lipat)
  • Hepaccine (dosis : dewasa 2 ug, anak 1,5 ug)
  • B-Hepavac II (dosis ; dewasa 10 ug, anak 5 ug)
  • Hepa-B (dosis : dewasa 20 ug)
  • Engerix-B (dosis : anak 10 ug)
  • Penyuntikan dilakukan secara intramuscular, didaerah deltoid atau paha anterior (jangan dilakukan didaerah bokong)
  • Efek samping yang terjadi umumnya ringan, seperti nyeri, bengkak, panas, mual, nyeri sendi maupun otot
Jadwal pemberian
  • Imunisasi Hb diberikan sedini mungkin setelah lahir
  • Pemberian imunisasi Hb harus berdasarkan status HbsAg ibu pada saat melahirkan
Bayi lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg nya
Vaksin rekombinan (Hb Vax-II 5 ug at Engerix-B10ug) atau vaksin plasma derived 10 ug (dalam waktu 12 jam), dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6 bulan
Bayi lahir dari ibu yang HbsAg nya (+)
Diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan secara bersamaan di sisi tubuh yang berbeda dalam waktu 12 jam, dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6 bulan
Bayi lahir dari ibu yang HbsAg nya (-)
Diberikan vaksin rekombinan atau vaksin plasma derived pada umur 2-6 bulan, dosis kedua pada 1-2 bulan kemudian, dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi kesatu
  • Idealnya dilakukan Px anti HbsAg (paling cepat 1 bulan)
  • Imunisasi ulang Hb (pada umur 10-12 tahun)
Kejadian ikutan pasca imunisasi
  • Reaksi lokal kemerahan, nyeri, bengkak, demam ringan 2 hari
  • Reaksi sistemik : mual muntah, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi
Indikasi kontra
Sampai saat ini belum dipastikan adanya kontra indikasi absolut terhadap pemberian imunisasi hb terkecuali pada ibu hamil, laergi pada komponen vaksin, demam tinggi.
VAKSIN DPT
Tujuan pemberian vaksin ini adalah untuk memberikan kekebalan aktif yang bersamaan terhadap penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus
Difteri dan tetanus : toksoid yang dimurnikan
Pertusis : bakteri mati, terabsorbsi dalam alumunium fosfat
Tiap 1 ml terdiri dari 40Lf toksoid difteria, 24 OU pertusis, 15 Lf toksoid tetanus, alumunium fosfat 3 mg, thimerosal 0,1 mg
Toksoid Difteria
  • Untuk imunisasi primer terhadap difteri digunakan toksoid difteri (alum precipitated formol toxoid) yang digabung dengan tetanus toxoid dan vaksin pertusis
  • Imunisasi rutin pada anak, diberikan dengan 5 dosis yaitu pada usia 2, 4, 6 bulan yang diberikan bersamaan dengan polio. Dosis ulangan pada 15-18 bulan dan saat masuk sekolah harus diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah dosis ketiga
  • Kombinasi toxoid difteri dan tetanus (DT)
Vaksin pertusis
  • Untuk imunisasi yang dipakai adalah vaksin pertusis whole-cell (alum precipitated vaccine) yaitu vaksin yang merupakan suspensi kuman B pertusis mati
  • Umumnya diberikan kombinasi bersama toxoid difteri dan tetanus
Toksoid tetanus
  • Vaksin tetanus dikenal 2 macam vaksin yaitu :
Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif adalah toxoid tetanus yang telah dilemahkan
  • Kemasan tunggal (TT)
  • Kemasan dengan vaksin difteri (DT)
  • Kemasan dengan vaksin difteri dan pertusis (DPT)
Kuman yang telah dimatikan yang digunakan untuk imunisasi pasif (ATS)
Jadwal pemberian
Upaya depkes dan kesos melaksanakan program eliminasi tetanus neonatorum (ETN) DPT I, DT atau TT dilaksanakan berdasarkan perkiraan lama waktu perlindungan sebagai berikut :
  • Imunisasi DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun. Dengan 3 dosis toxoid tetannus pada bayi, dihitung setara dengan 2 dosis toxoid pad anak besar atau dewasa
  • Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun. Dengan 4 dosis toxoid tetanus pada bayi dan anak dihitung setara dengan 3 dosis pada dewasa
  • Toxoid tetanus kelima (DPT 5) diberikan pada usia sekolah, akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi sampai umur 17-18 tahun. Dengan 5 toxoid tetanus pada anak dihitung setara dengan 4 dosis toxoid dewasa
  • Tetanus toxoid tambahan yang diberikan pada tahun berikutnya di sekolah (DT 6 atau DT) akan memperpanjang imunitas 20 tahun lagi. Dengan 6 dosis toxoid tetanus pada anak dihitung setara dengan 5 dosis toxoid pada dewasa
  • Jadi PPI merekomendasikan tetanus toxoid (DPT, DT, TT) 5x untuk memberikan perlindungan seumur hidup sehingga wanita usia subur (WUS) mendapat perlindungan terhadap bayi yang dilahirkan terhadap tetanus neonatorum.
Imunisasi Spacing Masa perlindungan Tujuan
T1

Mengembangkan kekebalan tubuh pada infeksi
T2 4 pekan setelah T1 3 tahun Menyempurnakan kekebalan
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun Menguatkan kekebalan
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun Menguatkan kekebalan
T5 1 tahun setelah T4 25 tahun Mendapatkan kekebalan penuh
Indikasi kontra
  • Riwayat anafilaksis
  • Ensefalopati pasca DPT sebelumnya
KIPI
  • Lokal : bengkak, kemerahan, nyeri pada tempat suntikan
  • Demam, gelisah, menangis terus menerus
  • Reaksi anafilaktik, ensefalopati 1/50.000 dosis
VAKSIN POLIO
Ada 2 macam jenis vaksin polio
  • Vaksin virus polio oral (OPV)
  • Vaksin polio inactivated (IPV)
Vaksin virus polio oral (OPV)
  • OPV berisi virus polio tipe 1, 2 dan 3 adalah strain/suku sabin yang masih hidup tapi sudah dilemahkan (attenuated), vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera yang distabilkan dengan sukrosa
  • Vaksin ini digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral. Virus vaksin ini kemudian menempatkan diri di usus san memacu pembentukan antibodi baik dalam darah maupun pada epitelium usus, yang menghasilkan pertahanan lokal terhadap virus polio liar yang datang masuk kemudian
  • Vaksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu 2-8ᴼC. OPV dapat disimpan beku pada temperatur 20ᴼC. Vaksin yang beku dapat cepat dicairkan dengan cara ditempatkan antara kedua telapak tangan dan digulir-gulirkan, dijaga agar warna tidak berubah yaitu merah muda sampai orange muda (sebagai indikator pH). Bila keadaan tersebut dapat terpenuhi, maka sisa vaksin yang telah terpakai dapat dibekukan lagi, kemudian dipakai lagi sampai warna berubah dengan catatan tanggal kadaluarsa harus selalu diperhatikan.
Vaksin polio inactivated (IPV) atau vaksin polio injeksi
  • IPV berisi tipe 1, 2 dan 3 dibiakan pada sel-sel fero ginjal kera dan dibuat tidak aktif dengan formaldehid
  • IPV harus disimpan pada suhu 2-8ᴼC dan tidak boleh dibekukan
  • Pemberian dengan dosis 0,5 ml, SC 3x berturut-turut  dengan jarak masing-masing dosis 2 bulan
  • Imunitas mukosa yang ditimbulkan IPV lebih rendah dibandingkan dengan yang ditimbulkan OPV
  • OPV diberikan pada BBL sebagai dosis awal, sesuai dengan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) dan Program Eradiksi Polio (ERAPO) tahun 2000
  • Kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar mulai umur 2-3 bulan yang diberikan 3 dosis terpisah berturut-turut dengan interval waktu 6-8 minggu
  • Satu dosis sebanyak 2 tetes (0,1 ml) diberikan per oral pada umur 2-3 bulan dapat diberikan bersama-sama waktunya dengan suntikan vaksin DPT dan hepatitis B
Imunisasi penguat (booster)
  • Dosis  penguat OPV harus diberikan sebelum masuk sekolah, yaitu bersamaan pada saat diberikan dosis DPT sebagai penguat
  • Dosis OPV berikutnya harus diberikan pada umur 15-19 tahun atau sebelum meninggalkan sekolah
  • Orang dewasa yang telah mendapatkan imunisasi sebelumnya, tidak diperlukan vaksinasi penguat, kecuali mereka yang dalam resiko khusus,
Imunisasi untuk orang dewasa
  • Untuk orang dewasa sebagai imunisasi primer (dasar) dianjurkan diberikan 3 dosis berturut-turut OPV 2 tetes dengan jarak 4-8 minggu
  • Interval minimal antara 2 dosis vaksinasi dapat diperpanjang dan dapat menyelesaikan vaksinasinya tanpa mengulang lagi
  • Demua orang dewasa seharusnya divaksinasi terhadap poliomielinitis dan tidak boleh ada yang tertinggal
KIPI
Setelah vakisnasi, sebagian kecil resipien dapat mengalami gejala
  • Pusing-pusing
  • Diare ringan
  • Sakit pada otot
Kontrai indikasi pemberian OPV
  • Penyakit akut atau demam (suhu >38,5 C)
  • Muntah atau diare
  • Sedang dalam proses pengobatan kortikosteroid atau imuno supresif oral maupun suntikan, juga pengobatan radiasi umum
  • Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan sistem retikuloendotelial seperti limfoma, leukimia, dan anak dengan mekanisme imunologik yang terganggu, misal pada hipo-gamaglobulinemia
  • Menderita infeksi HIV/anggota keluarga sebagai kontak
VAKSIN CAMPAK
Tahun 1963 dibuat dua jenis vaksin campak
  • Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan, jangan terkena sinar matahari
  • Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam alumunium)
  • Tiap 0,5 ml mengandung 1000 u virus strain CAM 70, 100 mcg kanamisin, 30 mg eritromisin
Dosis dan cara pemberian
  • Dosis minimal untuk vaksin yang dilemahkan adalah 0,5 ml secara subcutan atau intra muscular
  • Jadwal pemberian campak pada bayi umur 9-11 bulan
  • Imunisasi ulangan diberikan pada saat anak masuk sekolah usia 6-7 tahun dalam program BIAS
Reaksi KIPI
  • Demam >39,5 C, biasanya setelah hari ke 5-6 dan berlangsung selama 2 hari
  • Ruam, timbul pada hari ke 7-10 dan berlangsung selama 2-4 hari
Kontra indikasi
  • Demam tinggi
  • Sedang memperoleh pengobatan imunosupresi
  • Hamil
  • Mempunyai riwayat alergi
JADWAL IMUNISASI ANJURAN (NON PPI)
  • Vaksin Haemophilus Influenza B (Hib)
  • Vaksin Mumps Morbili Rubela (MMR)
  • Vaksin Demam Thypoid
  • Vaksin Hepatitis A
  • Vaksin Varicella
Vaksin Haemophilus Influenza type B
  • Yaitu Polisakarida H. Influenza tipe b dikonjugasikan pada toksoid tetanus, trometamol, sukrosa dan NaCl
  • Suspensi berkabut keputihan
  • Kombinasi dengan DTaP/DTwP
  • Lokasi penyuntikan umur <2 tahun di paha mid anterolateral dan usia > 2 tahun di  deltoid
Vaksin Mumps Morbili Rubela (MMR)
  • Virus campak Schwarz hidup yang dilemahkan dalam embrio ayam
  • Virus gondong Urabe dibiak dalam telur ayam
  • Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid manusia
  • Penyuntikan dilakukan secara subcutan atau intramuscular
  • Direkomendasikan pada usia 12-18 bulan
  • Serokonversi pada >95% kasus
  • Kontraindikasi : imunodepresi, hamil, pasca imunoglobulin, transfusi darah (tunda 6-12 minggu).
  • Tetap diberikan pada anak yang pernah campak, gondongan ataupun rubella
  • Tidak ada bukti sahih berkaitan dengan autisme
Vaksin Demam Thypoid
  • Komposisi terdiri dari polisakarida kapsul VI Salmonella typhi, Fenol, Nacl, NaHPO3H
  • Diberikan secara intramuscular,  pada usia > 2 tahun
  • Imunitas 2-3 minggu pasca vaksinasi
  • Imunogenitas rendah pada umur < 2 tahun
  • Perlindungan 3 tahun
  • Tidak melindungi terhadap Salmonella paratyphi A dan B
Vaksin Hepatitis A
  • Virus inaktif dalam formaldehid
  • Indikasi : anak usia > 2 tahun, endemis, sering transfusi (hemofilia), tinggal di panti asuhan
  • Indikasi kontra : demam, infeksi akut, hipersensitif terhadap komponen vaksin
  • Diberikan secara intramuscular
  • Protektif pada 95-100%
Vaksin Varisela
  • Virus hidup dilemahkan, strain Oka
  • Diberikan secara  subcutan
  • Kontra indikasi : demam, sakit akut
  • Jangan diberikan bersama vaksin hidup lain
  • Jangan hamil dalam 2 bulan
  • Tidak efektif bila transfusi gamma globulin
  • Diberikan pada anak usia 1-13 tahun
  • Rekomendasi IDAI muali usia 5 tahun
  • Serokonversi : 94% (2 minggu setelah vaksinasi), 100% (6 minggu setelah vaksinasi)
  • Aman, efektif dan ekonomis
Vaksin Influenza-1
  • Virus tidak aktif dalam prefilled syringe (PFS)
  • Bahan lain : telur, neomisin, formaldehid
  • Penyimpanan pada suhu 2-8ᴼC , jangan terkena sinar matahari maupun beku
  • Tiap tahun starin dapat berbeda berdasarkan rekomendasi WHO : selatan dan utara
  • Strain 2004 untuk daerah selatan
    • H1N1 (new Caledonia/20/99)
    • H3N2 (Fujian/411/2002)
    • Hongkong/330/2001
    • Penyuntikan dilakukan secara  intramuscular atau subcutan
6-35 bulan dosis 0,25 ml, >36 bulan dosis 0,5 ml, <8 tahun perlu booster 4 minggu kemudian
  • Vaksinasi diulang tiap tahun
Vaksin kombinasi  (tetract-Hib dan Infantrix-Hib)
  • Tetract-Hib : kombinasi DPwT+Hib
  • Infanrix-Hib : kombinasi DPaT+Hib
DPwT/DpaT dalam vial, Hib dalam PFS (prefilled syringe)
  • Sebelum disuntikan, dicampur dengan menyedot DPwT/DpaT ke dalam PFS Hib
  • Kontra indikasi
Sama dengan komponen masing-masing vaksin
Vaksin Pneumokokkus (Prevenar)
  • Terdiri dari 7 sakarida yang berbeda (serotipe 4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, 23F)
  • Konjugasi dengan 20 ug dari masing-masing 6 serotipe
  • Bebas pengawet dan bebas thimerosal
  • Dosis 0,5 ml diberikan secara intramuscular
  • Manfaat : mengurangi resiko invasive pneumococcal disease (IPD), radang paru (pneumonia), radang telinga tengah dan pengobatannya, pembawa kuman (nashoparyngeal carriage), Occult becteremia, dan mungkin efektif pada anak yang tak responsif dengan vaksin pneumokokkus polisakarida (PPV)

PERAWATAN PAYUDARA PADA KEHAMILAN (breast care)

meri legio avila

PERAWATAN PAYUDARA PADA KEHAMILAN (breast care)

Tubuh manusia bisa diibaratkan seperti mesin, dimana mesin memiliki bagian-bagian kecil yang membentuk suatu sistem dan memiliki fungsi masing-masing. Untuk dapat megoperasikannya dengan baik atau mengajarkan orang lain untuk mengoperasikannya, sebaiknya kita tahu bagian-abgian mesin tersebut sehingga pada saat kita menemui hambatan kita tahu pada bagian mana dari mesin tersebut yang rusak atau yang tidak menjalankan fungsinya. Seperti halnya payudara, agar dapat menyusui dengan baik sebaiknya kita tahu bagian-bagian dari payudara dan fungsinya masing-masing.
Laktasi terjadi dibawah pengaruh berbagai kelanjar endokrin, terutama hormon-hormon hipofisis prolaktin dan oksitosin. Keadaan ini dipengaruhi oleh isapan bayi dan emosi ibu. Lakatasi mempunyai dua pengertian yaitu ;
  • Pembentukan produksi air susu
  • Pengeluaran air susu
Buah dada merupakan sumber air susu ibu (ASI) yang akan menjadi sumber nutrisi utama bagi bayi, karena itu jauh sebelumnya harus sudah dilakukan perawatan. Bra yang dugunakan harus sesuai dengan pembesaran buah dada, yang sifatnya adalah menyokong payudara dari bawah bukan menekan dari depan.
Pada usia kehamilan 2 bulan terakhir dilakukan pemijatan, kolostrum dikeluarkan untuk mencegah penyumbatan. Untuk mencegah puting susu kering dan mudah pecah, maka puting susu (nipple) dan areola (bagian lingkaran hitam yang mengelilingi puting) payudara dirawat baik-baik dengan dibersihkan menggunakan baby oil/biocream/air sabun/sejenisnya. Bila puting susu masuk ke dalam, hal ini diperbaiki dengan jalan menarik-narik puting ke arah luar (dilakukan minimal satu bulan sebelum melahirkan dan jika tidak ada indikasi).
Anatomi payudara ibu
Dalam istilah medik, payudara disebut glandulla mammae yang berasal dari bahasa latin yaitu mammae. Payudara berkembang sejak usia 6 minggu kehamilan dan cepat emmbesar karena pengaruh kadar hormon yang tinggi, yaitu estrogen dan progesteron. Estrogen meningkatkan pertumbuhan duktus-duktus dan saluran penampung. Progesteron merangsang pertumbuhan tunas-tunas alveoli. Hormon-hormon lain seperti prolaktin, growth hormone, adenokortikosteroid dan tiroid juga diperlukan dalam kelenjar susu.
Payudara tersusun dari jaringan kelenjar, jaringan ikat dan jaringan lemak. Bila dilihat dari luar, payudara terbagi menjadi 3 bagian utama, yaitu :
  • Korpus (badan), yaitu bagian yang besar
  • Areola, yaitu bagian tengah yang berwarna kehitaman
  • Papilla atau nipple atau puting susu, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara
Struktur payudara terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit, sub kutan (jaringan dibawah kulit) dan corpus mammae. Corpus mammae terdiri dari parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang terdiri dari : duktus lactiferus (duktus), duktulus (duktuli), lobus dan alveolus.
Pada 15-25 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi 20-40 duktuli. Duktuli bercabang-cabang menajdi 10-100 alveolus yang berfungsi sebagai satu kesatuan kelenjar. Dengan demikian, sebenarnya payudara merupakan kumpulan dari sejumlah kelenjar susu tunggal.
Masing-masing duktus akan membentuk lobus, dan duktulus akan membentuk lobulus. Struktur lobulus dan duktus berpusat ke arah puting susu. Sebelum bermuara pada puting susu, mesing-masing duktus melebar membentuk ampullaatau sinus yang akan berfungsi sebagai gudang air susu ibu. Sinus, duktus dan alveolus dikelilingi oleh mioepitel (otot polos) yang dapat berkontraksi untuk memompa ASI. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang memberi zat-zat gizi pada sel-sel kelenjar air susu untuk proses pembentukan atau sintesis ASI.
Bagian stroma dari payudara tersusun dari bagian-bagain berikut : jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfa.
Puting susu dan areola adalah gudang susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada puting susu dan areola terdapat ujung-ujung syaraf peraba yang penting pada proses refleks saat menyusui. Puting susu mengandung otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusui. Dengan akupan bibir bayi yang menyeluruh pada daerah tersebut, ASI akan keluar dengan lancar.
Pada ujung puting susu terdapar 15-25 muara lobus (duktus laktiferus), sedangkan areola mengandung sejumlah kelenjar minyak yang mengeluarkan cairan agar puting tetap lunak dan lentur.
Tujuan breast care
  • Memelihara kebersihan payudara
  • Melenturkan dan menguatkan puting susu
  • Mengeluarkan puting susu yang masuk kedalam atau datar
  • Mempersiapkan produksi ASI
Prinsip
  • Dikerjakan dengan sistematis dan teratur
  • Menjaga kebersihan sehari-hari
  • Nutrisi harus lebih baik dari sebelum hamil
  • Memakai bra yang bersih dan menopang payudara
  • Dilakukan setelah usia kehamilan lebih dari 6 bulan
Beberapa keadaan yang berkaitan dengan teknik dan saat perawatan payudara
  • Pada ibu dengan puting susu yang sudah menonjol dan tanpa riwayat abortus, perawatnnya dapat dimulai pada usia kehamilan 6 bulan keatas
  • Ibu dengan puting susu yang sudah menonjo dengan riwayat abortus, perawatannya dapat dimulai pada usia kehamilan diatas 8 bulan
  • Pada puting susu yang mendatar atau masuk kedalam, perawatannya harus dialkukan lebih dini, yaitu usia kehamilan 3 bulan, kecuali bila ada riwayat abortus dilakukan setelah usia kehamilan setelah 6 bulan.
Cara perawatan puting susu datar atau masuk ke dalam
  • Puting susu diberi minyak
  • Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah puting
  • Pegangkan daerah areola dengan menggerakan kedua ibu jari kearah atas dan kebawah ± 20 kali (gerakannya kerah luar)
  • Letakkan kedua ibu jari disamping kiri dan kanan puting susu
  • Pegang daerah areola dengan menggerakan kedua ibu jari kearah kiri dan kekanan ± 20 kali (gerakannya ke arah luar)
Teknik perawatan payudara
Pengurutan payudara
  • Licinkan telapak tangan dengan sedikit minyak/baby oil
  • Kedua tangan diletakkan diantara kedua payudara ke arah atas, samping, bawah, dan melintang sehingga tangan menyangga payudara
  • Lakukan 30 kali selama 5 menit
Pengurutan kedua
  • Licinkan telapak tangan dengan minyak/baby oil
  • Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan kanan saling dirapatkan
  • Sisi kelingking tangan kanan memegang payudara kiri dari pangkal payudara kearah puting, demikian pula payudara kanan
  • Lakukan 30 kali selama 5 menit
Pengurutan ketiga
  • Licinkan telapak tangan dengan minyak
  • Telapak tangan kiri menopang payudara kiri
  • Jari-jari tangan kanan dikepalkan, kemudian tulang kepalan tangan kanan mengurut payudara dari pangkal ke arah puting susu
  • Lakukan 30 kali selama 5 menit
Rangsang payudara dengan menggunakan air hangat dan dingin
Siram/kompres payudara dengan air hangat terlebih dahulu kemudian air dingin
Kompres bergantian selama 5 menit
Membersihkan puting susu dengan minyak/baby oil agar kotoran-kotoran keluar tidak bertumpuk dan tidak terhisap oleh bayi yang ingin menetek, minyak ini juga dapat melemaskan puting susu sehingga kulitnya tidak mudah lecet
Perawatan buah dada pada masa nifas
Jika puting susu masuk kedalam dan pada perawatan kehamilan puting susu tidak berhasil keluar, maka ditolong dengan menggunakan tepel hoed. Alat ini digunakan pada puting susu yang terlalu besar atau lecet. Pada puting susu yang lecet bisa diberi zalf lanolin, gentian violet ditutup dengan kain kasa, dimana sebelum meneteki payudara harus dicuci/dibersihkan dulu.
Menjaga payudara tetap bersih dan kering (terutama puting susu)
  • Menggunakan BH yang menyokong payudara
  • Apabila puting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui, menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet
  • Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok
  • Untuk menghilangkan rasa nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam
  • Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan : pengompresan payudara menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit, urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu, keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak, susukan bayi setiap 2-3 jam, apabila tidak dapat menghisap ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan
  • Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
Cara pengurutan payudara
Massage
  • Pijat sel-sel pembuat ASI dan saluran ASI
  • Tekan 2-4 jari ke dinding dada, buat gerakan melingkar pada satu titik di area payudara
  • Setelah beberapa detik pindah ke area lain dari payudara, dapat mengikuti gerakan spiral mengelilingi payudara ke arah puting susu atau gerakan lurus dari pangkal payudara ke arah puting susu
Stroke
  • Mengurut dari pangkal payudara sampai ke puting susu dengan jari-jari atau telapak tangan
  • Lanjutkan mengurut dari dinding dada kearah payudara diseluruh bagian payudara
  • Ini akan membuat ibu lebih rileks dan merangsang pengaliran ASI (hormon oksitosin)
Shake (goyang)
  • Dengan posisi condong kedepan, goyangkan payudara dengan lembut, biarkan gaya tarik bumi meningkatkan stimulasi pengaliran
Masalah yang sering muncul dalam pemberian ASI
  • Puting susu lecet yang disebabkan oleh kesalahan teknik menyusui, monoliasis, pemakaian sabun dan sebagainya, saat menghentikan menyusui tidak hati-hati.
  • Payudara bengkak disebabkan ASI tidak disusukan dengan adekuat
  • Sumbatan pada duktus disebabkan adanya tekanan internal atau eksternal

MACAM-MACAM GANGGUAN MENSTRUASI

Meri Legio Avila

MACAM-MACAM GANGGUAN MENSTRUASI

Menstruasi merupakan peluruhan dinding rahim yang terdiri dari darah dan jaringan tubuh. Kejadian tersebut akan berlangsung tiap bulan dan merupakan suatu proses normal bagi perempuan pada umumnya.
Usia normal perempuan mendapatkan haid untuk pertama kalinya (menarche) adalah 12 atau 13 tahun., tetapi ada juga sebagian perempuan yang mengalami haid lebih awal (usia 8 tahun) atau lebih lambat yaitu diatas 18 tahun. Menstruasi ini akan berhenti pada usia sekitar 40-50 tahun. Siklus normal terjadi setiap 21-35 hari sekali dengan lama 4-7 hari, jumlah darah haid normal sekitar 30-40 ml. Menurut hitungan para hitungan para ahli perempuan akan mengalami 566 kali haid selama hidupnya.
Sebagian perempuan mengalami haid yang tidak normal. Gangguan ini jangan didiamkan karena dapat berdampak serius, haid yang tidak teratur mislanya dapat menjadi pertanda seorang perempuan kurang subur (infertil). Gangguan yang terjadi saat haid dinilai normal jika terjadi selama dua tahun pertama setelah haid pertama kali.
Gangguan dan kelainan menstruasi ada beberapa macam, yaitu :
NYERI HAID (DISMENORRHOE)
Pada saat menstruasi perempuan kadang mengalami nyeri. Sifat dan tingkat nyeri bervariasi, tergantung dari ambang batas sakit perempuan tersebut masing-masing. Rasa nyeri yang berlebihan disebut dismenorrhoe.
Nyeri haid ada 2 macam:
  • Primer, timbul dari haid pertama dan akan hilang sendiri dengan berjalannya waktu, hal ini disebabkan oleh kestabilan hormon dalam tubuh atau posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Gejala ini tidak membahayakan. Gejala ini bisa timbul berlebihan karena dipengaruhi faktor psikis dan fisik (ketahanan tubuh)
  • Sekunder, biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan menetap, seperti infeksi rahim, kista, tumor atau kelainan kedudukan rahim.
SINDROM PRAMENSTRUASI (Pre Menstrual Syndrome/Pre Menstrual Tension/PMT)
Adalah kumpulan gejala akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat haid dan ovulasi.
Penyebab
  • Tidak seimbang antara hormon estrogen dan progesteron, antara lain defisiensi progesteron
  • Perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon seks dalam sel
  • Gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial
  • PMT lebih mudah terjadi pada wanita yang lebih peka terhadap efek siklus hormon ovarium yang normal
Kunjungan pasien ke klinik
a. Gejala pramenstrual fisiologis
  • Hanya terjadi pada fase luteal
  • Hilang total saat menstruasi
  • Tidak berat dan tidak mengganggu fungsi normal
b. Sindrom pramenstruasi
  • Hanya pada fase luteal siklus menstruasi
  • Hilang total saat menstruasi
  • Gejala berat menimbulkan efek besar pada fungsi normal dan hubungan  antar pribadi
c. Eksaserbasi penyakit medis pada premenstruasi
d. Eksaserbasi penyakit psikologis pada pramenstruasi
e. PMT yang sudah ada dan penyakit psikologis yang mendasari
  • Sulit dibedakan
  • Gejala mereda pada menstruasi tetapi hanya sampai ke tingkat penyakit yang mendasari
f. Penyakit psikologis nonsiklis
  • Gejala mirip PMT, tetapi tidak mereda sampai akhir menstruasi
  • Perlu diagnosis alternatif, antara lain gangguan kepribadian, depresi, penyalahgunaan obat-obatan dan lain-lain.
Gejala
  • Gejala psikologis yang khas, iritabilitas agresi, ketegangan, depresi, mood berubah-ubah, perasaan lepas kendali, emosi yang labil
  • Rasa malas dan mudah lelah
  • Nafsu makan meningkat, BB bertambah karena tubuh menyimpan air dalam jumlah yang banyak
  • Gejala fisik yang sering adalah pembengkakan dan nyeri pada payudara, dismenorrhoe (kram perut), sakit kepala, sakit pinggang, pegal-pegal, pingsan
  • Paling sering menyebabkan distress adalah gejala psikologis
Faktor yang meningkatkan resiko PMT
  • Wanita yang pernah melahirkan
  • Status perkawinan
  • Usia
  • Stress
  • Diet
  • Kekurangan zat gizi
Tipe dan gejala PMT, menurut Dr. Guy E. Abraham
  1. PMT tipe A (anxiety), ditandai dengan adanya rasa cemas, labil, sensitif dan rasa tegang
  2. PMT tipe H (hyperhidration), gejala ditandai pembengkakan, perut kembung, nyeri pada payudara, peningkatan BB
  3. PMT tipe C (craving), ditandai dengan rasa lapar, ingin mengkonsumsi makanan yang manis dan berkarbohidrat
  4. PMT tipe D (depretion), ditandai rasa depresi, ingin menangis, lemah, gangguan tidur, pelupa
Waktu
  • Pada fase luteal siklus menstruasi dan reda pada akhir menstruasi
  • Adapula gejala yang timbul beberapa hari segera sebelum menstruasi atau sejak ovulasi langsung melalui fase luteal sampai akhir menstruasi
Dampak
  • Psikososial (berkurang kinerja, masalah perkawinan, bunuh diri, pembunuhan, pemukulan anak)
  • Kelainan medis(masalah perilaku, migrain, epilepsi, asma)
Kriteria diagnosis
  • Terjadi pada fase luteal
  • Menimbulkan dampak besar pada fungsi normal
  • Menghilang pada akhir menstruasi
Pengobatan
Tujuan
  • Memperbaiki anomali neuroendokrin
  • Menekan pemicu di ovarium
Hal-hal yang perlu dilakukan saat mengalami PMT
  • Mengurangi makanan bergaram, berupa tepung, gula, kafein dan coklat
  • Meningkatkan makanan tinggi kalsium dan vitamin C seminggu sebelum menstruasi
  • Konsumsi makanan berserat dan banyak minum air putih
  • Jika darah yang kelauar banyak, memperbanyak makanan yang emngandung zat besi
Hal-hal yang dilakukan untuk mengatasi sakit/kram perut saat menstruasi
  • Kompres dengan botol panas pada bagian yang terasa sakit
  • Mandi air hangat, sebagai aroma terapi menenangkan diri
  • Minum-minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi
  • Menggosok perut atau pinggang yang sakit
  • Ambil posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah dan relaksasi
  • Tarik nafas dalam-dalam untuk relaksasi
  • Minum analgetik/obat-obatan yang dinajurkan petugas kesehatan
Pertimbangan pada terapi
  • Usia pasien dan keinginan untuk hamil dalam waktu dekat atau lama (apakah mememrlukan kontrasepsi, pendekatan yang bersifat kontraseptif ataukah dapat dilakukan histerektomi?)
  • Beratnya gejala (apakah memerlukan tindakan invasif?)
  • Wanita mungkin hanya menerima metode non hormon, psikotropik, bedah
  • Sifat gejala
  1. SSRI (selevtive serotonin re-uptake inhibitor), efektif untuk gejala psikologis juga somatik
  2. Gejala payudara (evening primrose oil, danazol fase luteal, bromokriptin)
  3. Nyeri (anti inflamasi non steroid)
  4. Gejala somatik terutama kembung berespon terhadap spironolakton
Pendekatan terapi
Terapi non hormon
  • Anjuran untuk sering mengkonsumsi karbohidrat, tidak ditunjang oleh percobaan
  • Pemberian B6
  • Evening primrose oil (untuk gejala pada payudara)
  • Mineral (Ca dan Mg) mungkin bermanfaat
  • Terapi alternatif (olahraga dan relaksasi)
  • Psikoterapi
  • Obat psikotropik
  • Diuretik (spironolakton)
  • Inhibitor Pg (asam mefenamat dan natrium naproksen)
Terapi hormon
  • Progesteron/progestogen
  • Estrogen
  • Danazol
  • Analog agonis GnRH
  • Bromokriptin
  • Pil kontrasepsi oral
Pendekatan bedah
  • Histerektomi
  • Ooforektomi

AMENORRHOE
Yaitu tidak mendapatkan haid sama sekali
Penyebab
  • Hymen imperforate, yaitu selaput dara tidak berlubang sehingga darah menstruasi terhambat untuk keluar. Keluhan pada kejadian ini biasanya mengeluh sakit perut tiap bulan. Hal ini bisa diatasi dengan operasi
  • Menstruasi anovulatiore, yaitu rangsangan hormon-hormon yang tidak mencukupi untuk membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi haid/hanya sedikit. Pengobatannya dengan terapi hormon
  • Amenorrhoe sekunder, yaitu biasanya pada wanita yang pernah menstruasi sebelumnya. Penyebab amenorrhoe sekunder ini karena hipotensi, anemia, infeksi atau kelemahan kondisi tubuh secara umum, stress psikologis.
DARAH HAID YANG BANYAK
Ditandai dengan siklus menstruasi yang tidak teratur. Gangguan ini dapat disebabkan oleh infeksi penyakit kelamin, komplikasi pada kehamilan, penyakit kronis, trauma, konsumsi obat-obatan tertentu, adanya gangguan hormon atau kanker.
Tindakan-tindakan yang dilakukan
  • Pemeriksaan fisik terhadap kelenjar tiroid, hati dan vagina
  • Pemeriksaan laboratorium, seperti pemeriksaan darah, tes kehamilan, fungsi tiroid dan fungsi hati atau pemeriksaan hormonal
Pengobatan
  • Pemberian suplementasi zat besi dan antiprostaglandin selama haid
  • Pemberian asam folat
  • Pemberian anti koagulan (pembekuan darah) untuk mengatasi terjadinya anemia karena pengeluaran darah yang berlebihan.